Senin, 11 November 2019

Surat #7

Teruntuk Kamu yang Telah Ia Datangkan,

Hai, salam kenal.
Semoga do'a-do'a kita di-amin-kan segera oleh penduduk langit.


Sampai berjumpa di hari bahagia nanti.


Rima
Banjarmasin

Rabu, 06 November 2019

Memulai

Izinkan saya berbagi cerita perjalanan saya membangun Positif Kopi kepada teman-teman semuanya.

Awal tahun yang lalu, tepatnya saat semester 7 perkuliahan baru dimulai. Saya memutuskan untuk berjualan kopi susu, yang saya beri nama "Positif Kopi". Berdagang bukanlah suatu hal yang asing bagi seorang Rima Anjani.

Sejak awal kuliah, saya sudah coba berjualan berbagai macam barang dan makanan. Mulai dari jual jilbab, PO buku, makanan buka puasa, ricebox, sampai akhirnya mencoba untuk beralih ke komoditi minuman cepat saji, seperti kopi susu.

Mungkin karena memang saya suka ngopi, jadi tiap kali meracik kopi untuk dijual rasanya happy dan sangat menikmati.

Dulu, saya hanya berjualan di lingkungan kampus, membawa 12-20cup kopi susu dengan cooler box, naik turun gedung kuliah 3 lantai. Setiap hari. Menjaja & nawarin sana sini. Baik ke sesama mahasiswa, admin prodi, dosen, sampai abang tukang parkir pun jadi target pasar saya kala itu.

Setiap malam juga saya harus stock espresso dengan alat seduh manual dimulai pukul 11 malam sampai 1 dini hari. Lanjut bangun pukul 5 subuh untuk meracik kopi susu untuk siap dijual pukul 8 pagi di kampus. Awalnya sempat keteteran karena belum bisa manage waktu antara jualan & perkuliahan. Tapi seiring berjalannya waktu, semua itu akhirnya bisa tertangani. Alhamdulillah...

Proses menjalankan usaha kopi susu di kampus itu saya nikmati selama kurang lebih 4 bulan. Hingga akhirnya, saya beranikan diri untuk melebarkan sayap menjadi sebuah bisnis 'kedai kopi susu kekinian'. Susah payah belajar investasi, belajar mengatur keuangan kedai, menganalisis HPP, yang sebetulnya itu semua bukan basic saya banget. Tapi tak apa saya bilang, namanya juga bangun usaha, semua harus dari nol. Termasuk nol dalam hal pengalaman & ilmu. Jadi harus belajar terus menerus.

Ada satu momen yang paling mengubah sudut pandang saya dalam berbisnis, yaitu ketika untuk pertama kalinya saya menggaji kedua karyawan saya. Masih ingat betul momen itu, sore hari ketika kedai sudah mau tutup. Saya ajak kedua karyawan saya duduk di meja kedai, saya tawarkan "kalian mau minum apa? Biar saya buatkan", sontak mereka terkejut dan spontan berkata "serius ka? Gapapa ka? Masa owner yang layanin karyawan?".
"Santai..  jadi maunya minum apa?" Saya tanya kembali.
"Saya mau es kopi susu positif kak" jawab salah satu karyawan saya, kemudian disusul dengan jawaban karyawan kedua saya "saya yang strong ya kak".

Dengan senyum dan rasa haru saya buatkan mereka 2 minuman spesial tersebut. Setelah selesai, saya ajak mereka berbincang-bincang. Mulai dari evaluasi untuk operasional kedai, manajemen laporan harian, dll. Setelah itu, gantian saya yang membuka telinga selebar-lebarnya, saya biarkan mereka memberikan saran & masukan sepuas-puasnya untuk bisnis ini. Saya siapkan seluruh indera yang saya punya untuk .enyimak setiap kata yang mereka ucapkan & merasakan emosi yang mereka salurkan. Karena saya yakin, bisnis ini tidak bisa saya jalankan sendirian. Mereka bukan hanya karyawan yang bertugas menyajikan produk ke pelanggan, tapi lebih dari itu. Mereka juga juru kunci dari keberhasilan bisnis ini.

Akhir dari perbincangan tersebut. Saya tutup dengan memberikan mereka masing-masing satu buah amplop beisi uang gaji perdana mereka. Wajah bahagia, senang, haru, langsung tersirat dari wajah mereka. Jujur, belum pernah saya rasakan perasaan campur aduk seperti itu sebelumnya.

Selama di perjalanan menuju rumah, bayangan wajah kebahagiaan mereka tak henti-hentinya menemani saya. Terucap lirih bisikan untuk diri sendiri "Rim, kamu udah sejauh ini. Sekarang, usaha ini bukan hanya perihal mengenyangkan perutmu saja, tapi juga tentang mereka yang menggantungkan nasibnya disini. Lanjutkan, perjuangan kamu masih panjang. Jangan menyerah".

Dan sekarang, salah satu motivasi terbesar saya untuk membangun bisnis adalah keinginan untuk terus menerus bisa melihat wajah bahagia karyawan ketika menerima gajinya. Ntah lah, terdengar klise mungkin, tapi inilah adanya, perasaan itu mungkin tak sepenuh bisa saya gambarkan lewat kata-kata.

Namun, semenjak momen itulah, saya bertekad untuk bisa membuka lapangan pekerjaan sebanyak-banyak. Melihat wajah bahagia banyak orang ketika merima hasil jerih payah keringat dan pikirannya. Do'akan saya. Semoga tekad ini bisa terwujud. Masih banyak PR yang harus saya tuntaskan, masih banyak juga yang harus saya pelajari dan pahami.

Banjarbaru, 6 November 2019
Rima

Jumat, 04 Oktober 2019

Surat #6

Teruntuk Kamu Si Mulut Berduri,


Tahukah kamu berapa banyak orang yang tersakiti karena kata-kata yang kamu lontarkan?
Tahukah kamu satu kalimat bahkan satu kata saja bisa memantik seseorang untuk mengakhiri hidupnya?
Tahukah kamu bahwa kamu mempunyai kekuatan untuk mengatur apa yang bisa keluar dari mulut mu?
Dan tahukah kamu bagaimana sabar dan tegarnya seseorang menahan rasa sakit itu?

Kamu memang bukan seorang kriminal.
Bukan juga seorang penjahat.
Tapi bisakah aku menyebutmu sebagai seorang pembunuh?

Ya, pembunuh kebahagiaan dan rasa nyaman akan hidup seseorang.

Be ware with your words. Tak semua orang bisa mengerti, memahami, menahan, dan sabar dengan semua sikap yang kita ingin orang lain 'memaklumi'.


Dari aku yang hampir terbunuh oleh kata-katamu.

Rima
Banjarmasin

Surat #4

Teruntuk Kamu,

Sekarang hatiku sudah tak lagi rumpang.
Kepergian kamu kemarin sudah mengajarkanku kemana seharusnya aku pulang.
Berat memang ketika harus berdamai dan memilih hengkang.
Dan kini aku percaya bahwa aku tak perlu yang terlalu terang,
Yang ku butuhkan adalah
ia yang selalu ada dan tak kunjung padam.

Dari Aku Yang Tak Lagi Gersang,
Rima
Banjarmasin

Selasa, 01 Oktober 2019

Surat #3

Teruntuk Negeriku Tercinta Indonesia


Beberapa hari terakhir negeriku tercinta sedang berduka 
Demokrasi yang menghiasi selama bertahun-tahun lamanya,
kini harus diperjuangkan keberadaannya.
Bagaimana mungkin mereka yang kami pilih sebagai wakil rakyat, tega berbuat nista dan semena-mena?
Mereka yang duduk di dipan penguasa terlihat bahagia dan tertawa-tawa
Padahal rakyatnya kini sedang bersusah payah menjaga Ibu Pertiwinya.

Wahai penguasa yang kini tak lagi takut dosa,
Sebesar apapun kalian berusaha untuk memegang kendali atas bangsa,
Tetap ada Ia di atas sana yang memegang kendali alam semesta.


Kami usahakan yang terbaik, lewat tangan, mulut, karya, dan juga do'a.
Semoga luka ini segela sirna, dan berganti sejahtera.




Dari rakyatmu yang belum bisa membuatmu bangga.

Rima
Banjarmasin

Sabtu, 17 Agustus 2019

Kenapa Rima Ingin Gabung FIM?

Assalamu'alaikum warrahmatullahi wabarakatuh...

Perkenalkan, nama saya Rima Nur Anjani. Lahir di Banjarmasin, 30 Aprill 1998. Sekarang saya sedang menempuh studi di jurusan Psikologi Universitas Lambung Mangkurat sekaligus sedang merintis usaha kedai kopi yang saya beri nama Positif Kopi. Saya ada pendiri Komunitas Literasi Banua dan salah satu delegasi Indonesia di Southeast Asia Youth Ambassador for Peace 2019.

Pada tulisan saya kali ini, saya akan menceritakan apa sebenarnya alasan yang mendorong saya untuk bergabung di keluarga besar FIM (Forum Indonesia Muda). Sebelumnya, tahun 2017 lalu, saya sudah pernah mendaftarkan diri di FIM 19 dan alhamdulillah rezeki saya ternyata hanya sampai pada lolos seleksi administrasi. Kalau boleh kita kilas balik pada tahun 2017 tersebut, alasan terbesar saya ingin mendaftar adalah karena saya ingin menambah pengalaman dan relasi 'saja'. Namun, pada kesempatan kedua kalinya ini, alasan saya telah berubah. Bukan hanya itu. Pengalaman dan relasi menurut saya bisa saya dapatkan di manapun dan kapanpun jika saya 'mau' dan kali ini, alasan terkuat saya untuk berani mendaftarkan diri adalah karena saya ingin berkontribusi lebih untuk masyarakat luas, dan saya sadar bahwa saya tidak bisa menjalankan sendirian ide atau proyek yang selama ini sudah saya canangkan.

Kolaborasi dan semangat gotong royong inilah yang ingin saya bangun bersama dengan keluarga FIM di seluruh Indonesia. Selain itu, ketertarikan saya terhadap isu-isu global dan SDG's yang sudah saya tunjukkan sejak di bangku SMA hingga sekarang jugalah yang menjadi alasan. Saya sadar akan apa yang akan dihadapi oleh negeri kita tercinta ini, khususnya pada ruang lingkup yang lebih kecil seperti tanah kelahiran saya sendiri Kota Banjarmasin. Bonus demografi dan 17 global goals tentunya adalah tanggungjawab kita semua untuk menyukseskannya. Dan muncul pertanyaan-pertanyaan dibenak saya setiap kali dua hal tersebut dibahas yaitu "Apakah saya sudah siap?" , "Apakah orang-orang di sekitar saya juga sudah menyiapkan dirinya?", dan "Apa yang bisa saya lakukan dan berikan untuk membantu suksesnya dua hal tersebut?"

Pertanyaan tersebut tentunya perlu jawaban, dan Insya Allah salah satu jawabannya akan saya peroleh ketika saya bergabung di keluarga besar Forum Indonesia Muda (FIM).
Semoga langkah saya menemukan jawaban ini dimudahkan, dilancarkan, dan berhasil :)

Salam hangat untuk para pembaca tulisan ini.
Dari sang penulis yang masih haus akan ilmu,

Rima Nur Anjani




Wassalamu'alaikum warrahmatullahi wabarakatuh.

Rabu, 09 Januari 2019

Another Sleepless Night

Oke. Dari judulnya aja mungkin kalian udah bisa nebak postingan ini tentang apa. Yup benar sekali, insomnia. Postingan kali ini aku tulis untuk mengisi 'waktu luang' ku di saat insomnia kembali menghampiri. Ga kaget sebenernya, karena 4 jam yang lalu aku baru aja minum kopi di sebuah coffeeshop di Banjarmasin, namanya Hello Coffee Co dan memesan salah satu signature mereka yaitu "Magic". Ternyata kopi ini emang 'magic' karena bisa bikin aku terjaga sampai detik ini tanpa rasa ngantuk sedikit pun.

Baik, kita lanjut bahas hal yang berhubungan dengan judul. Insomnia. Mungkin temen-temen pernah ngerasain apa itu insomnia, di mana diri kalian terjaga hingga dini hari bahkan ga tidur semalaman tanpa rasa kantuk sedikit pun. Bagi aku pribadi, penyebab insomnia yang kadang melandaku ada dua, yaitu karena sengaja begadang atau karena efek minum kopi. Dan kali ini, penyebabnya adalah poin kedua, efek minum kopi. Aku ga tau, kenapa efek kopi begitu terasa di diri aku, ntah itu memang efek alamiahnya atau mungkin karena sugesti secara tidak langsung yang aku tanam ke diri aku sendiri. I don't know.

Sebenernya insomnia bukanlah hal yang asing bagiku, aku biasa menyebut diriku sendiri sebagai "night thinker" karena entah mengapa otakku selalu bekerja pesat di saat malam hari, kerjanya pun bisa positif bisa juga negatif. Positifnya seperti menemukan ide-ide baru, atau dapat 'ilham' untuk menyelesaikan suatu hal yang sulit atau belum selesai aku kerjakan di siang hari. Sedangkan negatifnya adalah, terkadang sosok "night thinker" bisa berubah menjadi sosok yang overthinking terhadap segala hal. Dari hal yang kecil hingga besar. Hampir semuanya dipikirin. Dari yang penting sampai yang sepele sedikitpun. Padahal, alangkah baiknya otak kita bekerja untuk memikirkan sesuatu yang penting dan bermanfaat. Bukan sebaliknya.

Namun, karena kondisi itulah yang akhirnya memaksaku berbuat sesuatu, kira-kira apa aja yang bisa aku lakukan untuk menjauhkan overthinking ku tersebut. Dan salah satu jawabannya adalah dengan membaca atau menulis. Daripada ngabisin waktu berdiam diri dengan pikiran yang ga jelas ujungnya. Mending nulis atau membaca. Seperti yang aku lakuin sekarang, nulis apapun yang ada dipikiran aku. Berbagi cerita atau hanya sekedar agar membuat mata kembali mengantuk. Pokoknya tulis atau baca. Pilih salah satu. Usahakan tulisan dan bacaannya adalah topik yang bermanfaat. Yaa walaupun kali ini tulisanku 'agak kurang bermanfaat' tapi gapapa lah ya sekali-kali. Hehe

Ngomong-ngomong tentang menulis, aku sebenarnya bukan orang yang suka menulis kisah atau artikel. Aku lebih suka menulis puisi atau sajak. Yang terkadang aku posting di sosial media atau sekedar di simpan sebagai koleksi pribadi.
Dan kali ini, ntah kenapa aku tertarik untuk menuliskan ceritaku yang menurutku kurang penting di blog yang sudah berdebu ini. Maafin ya para pembaca. Tapi percayalah, tulisan ini adalah bukti usahaku untuk membuat mataku mengantuk. Jujur, saat ini aku ingin sekali tidur dan istirahat :")

Pada akhirnya, ikhtiar sudah dilakukan. Hingga tulisan ini berakhir, mata ini ternyata masih setia untuk tetap menatap dunia.
Dan rasa kantuk, sepertinya sedang enggan untuk menghampiriku malam ini. Tak apalah, silakan kamu jalan-jalan dulu, silakan nanti kembali. Tapi tolong jangan datang di pagi hari :") karena aku tak ingin tidur di saat sinar mentari mulai menyinari bumi.

Cielahhhhhh bahasanya.
Maafkan, doakan aku bisa kembali terlelap ya, walau sebentar asal jiwa ragaku bisa istirahat :")

Sekian.

Surat #7

Teruntuk Kamu yang Telah Ia Datangkan, Hai, salam kenal. Semoga do'a-do'a kita di-amin-kan segera oleh penduduk langit. Sampai berju...